Musyawarah Besar 2021

 

Rekan Pegiat,

Kegiatan kali ini kita kembali di kota dimana Architecture Sans Frontières-Indonesia (ASF-ID) lahir dan diinisiasi oleh para pendiri. Enam tahun perjalanan, ASF-ID tumbuh berkembang serta menghadapi tantangan-tantangan baru.

Di kesempatan kali ini kita bersama-sama akan bertukar pengetahuan, pengalaman ,dan keahlian. Musyawarah kali ini akan dihadiri oleh pengurus serta pegiat dari Jakarta, Malang, dan tuan rumah Bandung. Untuk selengkapnya hubungi kami via email home@asf.or.id

Sampai jumpa dalam Musyawarah Besar ASF-ID 2021

  • Waktu: Sabtu-Minggu, 29-30 Januari 2022
  • Tempat: Cozy Bamboo House, Jl. Kembar Sari Indah no.4 Bandung

Salam hangat,
Sekretariat.

Lokasi : 
RSVP : 

Rumah Pasca Pandemi: Mungkinkah Diterapkan?

ASFBDG-IAIJB4 - 1
Rumah Pasca Pandemi: Mungkinkah Diterapkan?

Diskusi #4 ASF-BDG & IAI Jabar

Rumah Pasca Pandemi: Mungkinkah Diterapkan?

Hadirnya pandemi SARS-NCOV2 saat ini bukan saja menyingkap tabir mengenai buruknya keadaan dan kebijakan kesehatan masyarakat kita, tapi juga ikut mengungkap rapuhnya sektor lain yang berkaitan dengan kesejahteraan publik atau masyarakat sipil. Salah satu yang menyeruak adalah persoalan krisis atau ketahanan pangan. Adanya krisis ini berdampak pada rantai pasokan pangan (food supply-chain). Tidak hanya pada produsen, krisis juga berdampak pada masyarakat urban yang dalam rantai pasokan pangan yang notabene memiliki peran sebagai konsumen.

Terkait dengan isu ketahanan pangan, tim arsitek muda dari Indonesia, terdiri dari Vinsensius Gilrandy Santoso dan Sri Rahma Apriliyanthi, telah memenangkan sayembara desain arsitektur sekancah Asia. Dengan berbekal isu krisis ketahanan pangan di Indonesia, tim mencoba menerapkan konsep permakultur yang melibatkan masyarakat sekitar dalam desain rancangan mereka. Apakah konsep rancangan ‘Rumah Pasca Pandemi’ dapat diterapkan pada kehidupan bermasyarakat di Indonesia? Bagaimana pengaruh praktek permakultur dalam isu ketahanan pangan?

Vinsensius Gilrandy Santoso dan Sri Rahma Apriliyanthi, Tim pemenang sayembara ARCASIA-ACYA 2020

Penanggap: Misbah Dwiyanto, Pendiri Kebun Belakang
Moderator: Fiqih R. Purnama, ASF-Bandung

Sabtu, 1 Agustus 2020, pukul 09.30 WIB – selesai
Platform: Zoom Meeting & Live Youtube ASF-ID

Registrasi : Rp 20.000,- (E-Sertifikat dan KUM IAI: 2.5)
Link Pendaftaran: ⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀
Pembayaran: Bank Mandiri 130-00-1465467-0 a.n Arsitektur Swadaya dan Fasilitasi

*tautan Zoom akan diberikan via konfirmasi bukti pembayaran yang diunggah pada form pendaftaran⠀

Narahubung : +62-856-9308-9795 (Whatsapp: Alvin)

Akan disiarkan langsung via kanal YouTube ASF Indonesia:


Sri Rahma Apriliyanthi
Akrab disapa Riri ini merupakan jebolan dari program fast-track Arsitektur di Institut Teknologi Bandung. Pada tahun 2019 berhasil meraih gelar sarjana dan magisternya dengan predikat cum-laude. Sebelumnya menjadi asisten dosen dan menjadi asisten dari tim riset di ITB, sekarang Riri berpraktik menjadi arsitek yunior. Di tahun 2020 Ia bersama Randy berhasil menjadi pemenang pertama dalam sayembara internasional dengan tema desain rumah yang merespon pandemi SARS-NCOV2 yang diselenggarakan oleh ARCASIA Committee on Young Architects (ACYA) dan Forum Arsitek Muda Yogyakarta (YYAF).

Vinsensius Gilrandy Santoso
Randy merupakan praktisi arsitek yang berkantor di studio Akanoma. Lulusan Unika Soegiapranata ini memiliki minat lebih pada material bambu. Risetnya bersama Gustav Anandhita berjudul “Pemanfaatan Botol Plastik Untuk Sambungan Ikat Pada Konstruksi Bambu” masuk dalam Seminar Struktur dalam Arsitektur IPLBI tahun 2019. Prestasi teranyar Randy adalah menjadi pemenang pertama dalam sayembara internasional dengan tema desain rumah yang merespon pandemi SARS-NCOV2 yang diselenggarakan oleh ARCASIA Committee on Young Architects (ACYA) dan Forum Arsitek Muda Yogyakarta (YYAF) bersama rekannya Riri.

Misbah Dwiyanto
Misbah adalah pendiri Kebun Belakang, sebua ruang untuk berbagi tentang berkebun natural dan cara hidup berkelanjutan. Lulusan Master of Communication di University of Gothenburg ini memutuskan untuk serius menjadi petani pada tahun 2015. Berkebun dan mengolah hasil kebun sebagai cara untuk memenuhi kebutuhan pangan sendiri.

New Normal: Urbanisme, Kebudayaan, dan Politik

new normal
new normal COVID-19

Diskusi daring 
New Normal: Urbanisme, Kebudayaan, dan Politik

Via Zoom & Live Youtube
Sabtu, 11 Juli 2020, 11.00-13.00 WIB

Indonesia sedang berjuang melawan pandemi COVID-19 sejak bulan Maret 2020. Berbagai usaha penanganan dan pencegahan terus dilakukan untuk menahan laju persebarannya, baik oleh pemerintah maupun dilakukan secara mandiri oleh masyarakat. Namun, Lembaga Biologi Molekuler Eijkman atau Eijkman Institute sempat menyatakan bahwa COVID-19 tidak akan hilang dalam waktu dekat, sehingga manusia harus hidup berdampingan dengan virus ini. Fase ini dikenal dengan sebutan new normal, yakni kehidupan baru yang mengadaptasi situasi pascapandemi. Konsep new normal ini menuai berbagai kritik. Banyak pihak menilai belum waktunya Indonesia masuk ke dalam fase tersebut, lantaran kasus COVID-19 belum berkurang, atau melandai sekalipun.

Sampai kapan pola kehidupan baru ini dijalankan? Bagaimana respon yang tepat dalam menanggapi keputusan pemerintah terkait kebijakan new normal di Indonesia?

Pemantik:
Arina Resyta (Peneliti, Rame-Rame Jakarta)
Bosman Batubara (Serikat Tani Kota Semarang)
Kamil Muhammad (Arsitek/Pegiat, pppooolll & ASF-Jakarta)

Moderator:
Fauziyyah Sofiyah

Registrasi:
Live Yotube: ASF Indonesia


Arina Resyta adalah sarjana arsitektur dari Institut Teknologi Bandung dengan pengalaman lima tahun dalam bidang desain urban dan perencanaan. Arina turut merancang beberapa panduan rancang kota terkait pengembangan berorientasi transit (transit-oriented development, TOD) di Jakarta serta terlibat dalam perencanaan empat TOD dalam proyek kereta cepat Jakarta-Bandung. Saat ini Arina meneliti pada komunitas Rame-Rame Jakarta dalam tema compact neighborhood.

Bosman Batubara adalah alumnus teknik geologi pada Universitas Gadjah Mada (2005) dan Inter-University Programme in Water Resources Engineering, Katholieke Universiteit Leuven dan Vrije Universiteit Brussel, Belgia (2012). Bosman adalah kandidat doktoral dalam penyelesaian disertasi di Water Governance Department, IHE- Delft Institute for Water Education, Delft, dan Human Geography, Planning and International Development Department, University of Amsterdam dengan tajuk “Near-South Urbanization: Flows of people, water, and capital in and beyond (post-) New Order Jakarta.” Bosman juga anggota Serikat Tani Kota Semarang.

Kamil Muhammad adalah arsitek dan periset di pppooolll. Kamil adalah salah seorang pendiri Architecture Sans Frontieres Indonesia. Bertitel Master of Architecture dari University of Melbourne, risetnya terfokus pada persimpangan antara praktik spasial kritikal dan partisipasi masyarakat. Saat ini, Kamil mendampingi Kampung Kunir bersama ASF-Jakarta.

Otentisitas dalam Kerja Kemanusiaan

Redefinisi Pengabdian 04
Sore hari, Sabtu 14 Maret 2020 telah berlangsung diskusi dengan judul Redefinisi Pengabdian Profesi.  Diskusi ini merupakan kali ketiga pada rangkaian kegiatan reguler dalam kerjasama antara ASF-BDG dengan Ikatan Arsitek Indonesia cabang Jawa Barat (IAI-JB) yang mengambil tema sosial, lingkungan, perkotaan, dan kebencanaan. Bertempat di sekretariat IAI-JB, tiga pembicara dari latar belakang mahasiswa, arsitek, dan pekerja kemanusiaan berbagi sudut pandang berkaitan dengan kegiatan pengabdian dan kemanusiaan.  Pemapar pertama adalah Josephine Livina mewakili kelompok Bhakti Ganva. Kemudian Rakha Puteri Shonigiya dari Architecture Sans Frontières Indonesia (ASF-ID) dan ditutup oleh Zulkifli dari KUN Humanity System+ sebuah organisasi kemanusiaan yang multidisiplin.

Redefinisi Pengabdian 01

Josephine menjelaskan pengalamannya tentang sebuah program kerja yang berfokus pada pembangunan fasilitas umum dan sosial di lingkungan pedesaan dengan melibatkan masyarakat setempat. Program kerja Bhakti Ganva telah berlangsung di berbagai desa sepanjang tahun 2013-2019.  Metode partisipatif dilakukan oleh Bhakti Ganva sebagai upaya mengungkapkan masalah-masalah secara otentik. Musyawarah warga menjadi sumber informasi secara langsung. Lebih lanjut, kegiatan pengabdian mahasiswa harus disertai dengan rasa kepemilikan dari masyarakat kampung maupun dari mahasiswa. Josephine menekankan bahwa esensi pengabdian profesi bukan “apa” namun “mengapa.”

Presentasi kedua, Rakha Puteri Shonigiya menceritakan pengalaman pengabdian profesi dari sudut pandang arsitek.  Di Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah ASF-ID bekerja sama dengan Kemitraan (Jakarta) dan Karsa Institut (Palu) untuk membangun sepuluh rumah percontohan, posyandu, dan balai warga, keseluruhannya berbahan bambu setempat. Terdapat perbedaan dalam proses dan tantangan antara menjalankan program rumah dengan pengembangan fasum, terutama terkait jadwal pembangunan dan bentuk partisipasi para penyintas.  Program ASF-ID untuk rekonstruksi Sulteng berlangsung dari bulan Februari sampai November 2019.

Redefinisi Pengabdian 02

Zulkifli selaku pegiat organisasi KUN Humanity System+ membahas tentang arsitektur operasi kemanusiaan yang menjadi acuan dan diadopsi secara universal. Dipaparkan suatu tinjauan singkat tentang aspek-aspek kunci yang mempengaruhi inovasi dalam konteks operasi kemanusiaan.  Beliau menjelaskan bahwa “Perkerjaan yang dilakukan tampak rumit dan sulit dinavigasi jika baru terlibat dalam aksi kemanusiaansangat penting untuk memiliki pemahaman yang baik tentang pekerjaan ini supaya efektif dalam tujuan kemanusiaan. 

Sesi diskusi dipandu oleh Andrea Fitrianto dari Badan Pengabdian Profesi, Ikatan Arsitek Indonesia. Ibu Diana dari latar belakang pendidikan arsitektur menanyakan bagaimana cara membangun kepercayaan dan mengundang partisipasi warga setempat sehingga mau melakukan pembangunan bersama-sama.  Josephine merespon bahwa salah satu langkah awal untuk memenangkan kepercayaan warga adalah dengan memilih kampung yang warganya memang membutuhkan bantuan. Jika hat tersebut diperoleh maka akan berdampak langsung pada keberlanjutan bangunan dimasa depan.

Kemudian ada Bima yang bertanya mengenai cara bekerja sama dan berkomunikasi dengan komunitas setempat. Pertanyaan ini dijawab oleh Rakha dengan menceritakan pengalamannya saat menyelesaikan pembangunan di Sulawesi Tengah.  Masyarakat di Sulawesi Tengah pada umumnya memiliki lembaga-lembaga sosial-kultural yang mereka percayai. Misalnya, di desa Bolapapu lembaga adatnya cukup kuat, sehingga ketua RT dan RW desa tersebut merupakan bagian dari lembaga adat juga.  Sedangkan di Dolo Selatan, yang lebih kuat adalah lembaga agama. Disana pegiat bekerja erat dengan pemuda masjid dan pemuka agama. Dengan mengetahui bentuk kelembagaan yang terdapat di desa, maka pegiat dan masyarakat dapat merumuskan term of reference dan pola kerja sama.

Redefinisi Pengabdian 03

Pertanyaan terakhir datang dari Fiqih seputar ketepatan pilihan metode dan peran pegiat supaya masyarakat tidak tergantung terhadap bantuan yang diberikan.  Zulkifli menjelaskan bahwa setiap non-governmental organization yang memutuskan untuk mendampingi desa selayaknya menyiapkan program yang berkelanjutan. Kemudian, pegiat harus membuat program yang sesuai dengan kemampuan warga, atau istilahnya merancang program yang communitybased. Ketika program dirancang dan dijalankan oleh masyarakat, maka peran pegiat adalah sebagai fasilitator. Hal ini niscaya akan berpengaruh positif terhadap penerimaan warga dan kesinambungan program kerja. Tapi kerja belum selesai, belum apa-apa. ////////

 

Redefinisi Pengabdian Profesi

Diskusi #3 ASF-BDG & IAI Jabar
“Redefinisi Pengabdian Profesi”

Masyarakat kita mengenal nilai tolong-menolong yang terwujud dalam bentuk keterlibatan warga dalam kehidupan sosial, atau partisipasi. Aktivitas tolong-menolong ini tidak dapat lepas dari realita: keadaan transisi atau krisis, bencana, situasi ketimpangan dan kesenjangan, adanya kelompok-kelompok masyarakat yang berada dalam kerentanan. Alih-alih mengurai situasi yang kompleks, realita seringkali ditutupi dengan kegiatan pemberian bantuan, sedekah, atau kegiatan karitatif lainnya. Dalam hal ini, kaum terdidik seperti dokter, perencana, arsitek, dst., telah ambil peran, semisal dalam perbaikan kampung kota, kegiatan rekonstruksi dan rehabilitasi pasca bencana maupun aksi melawan penggusuran.

Melalui diskusi ini, mari kita mencoba merefleksi, mempelajari, dan menggali esensi dari pengabdian profesi merujuk pengalaman lembaga kemanusiaan. Kemudian, bertukar pikiran, mengetahui metode, dan praktek sesuai ranah masing-masing.

Pembicara:
Josephine Livina, Bhakti Ganva
Rakha’ Puteri Shonigiya, ASF-ID
Zulkifli, KUN Humanity System

Moderator:
Andrea Fitrianto, Badan Pengabdian Profesi, Ikatan Arsitek Indonesia.

Sabtu, 14 Maret 2020
13.00 – 15.30 WIB
Sekretariat IAI Jabar, Jalan Brantas, No. 23, Bandung
KUM IAI: 2

Pay as you wish!

CP: +62-856-9308-9795 (Alvin)


Josephine Livina saat ini pada tahun akhir Jurusan Arsitektur di Universitas Katolik Parahyangan. Josephine adalah Wakil Ketua Bhakti Ganva 2019 dalam pembangunan gedung serba guna dan kamar mandi umum di Kampung Garung, Cibiruwetan. Bhakti Ganva adalah sebuah program kerja bersama antara mahasiswa Arsitektur dan Teknik Sipil yang telah dilaksanakan sejak tahun 2013 dan berfokus pada pembangunan fasilitas umum dan sosial di lingkungan pedesaan melibatkan masyarakat setempat.

Rakha’ Puteri Shonigiya menyelesaikan studi di Unika Soegijapranata bergiat di Architecture Sans Frontières Indonesia (ASF-ID) pasca gempa 28 Oktober. Rakha’ adalah salah satu arsitek pada program rekonstruksi bersama para penyintas di Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah. ASF-ID bertujuan untuk memberi wawasan sosial kepada arsitek, sarjana arsitektur, maupun mahasiswa lewat wacana maupun aksi arsitektural.

Zulkifli bergiat di KUN Humanity System+. KUN adalah sebuah gerakan kolaboratif yang disusun oleh dokter, psikolog, pembuat film, insinyur, manajer proyek, spesialis mata pencaharian, dll. KUN memberikan cara yang paling efektif dan holistik untuk menanggapi situasi kemanusiaan yang disebabkan oleh bencana alam, bencana buatan manusia, dan bagi korban konflik bersenjata.