ASF-BDG: Tasik Memanggil

Open Call Tasik
Open Call Tasik

ASF-Bandung mencari relawan arsitek/mahasiswa sebagai pengawas teknis dan manajer proyek dalam pembangunan fasilitas Pendidikan Anak Usia Dini dengan konstruksi bambu di Tasikmalaya.

Kalau kamu suka arsitektur komunitas dan ingin belajar peran fasilitasi di masyarakat serta klop dengan syarat:

  • Masa kerja Januari-Maret 2018
  • Bersedia tinggal bersama warga (live-in)
  • Familier dengan ArchiCAD dan MS Office

Daftarkan dirimu dan isi form berikut selambatnya tanggal 24 Nopember 2017. Pengalaman dengan konstruksi bambu, kemampuan fotografi dan menulis akan menjadi nilai tambah.

Jejaring Mandiri dan Dinamis

Tahun 2017 masih tersisa dua bulan lebih, namun jelas sudah menjadi tahun yang penting dalam perjalanan kumpulan Arsitektur Swadaya dan Fasilitasi (ASF). Sebabnya, dua buah momentum formatur telah terselenggara untuk sebuah prototip wahana kepengurusan nasional: acara Musyawarah 2017 terselenggara pada tanggal 15 Juli di Bandung dan Musyawarah Luar Biasa terselenggara di Bantul pada tanggal 30 September dan 1 Oktober.

Musyawarah 2017

Untuk kedua kalinya musyawarah tahunan diadakan di Rumah KAIL yang terletadi Kampung Cigarukgak, dan ASF-Bandung kembali menjadi tuan rumah penyelenggara. Musyawarah tahun ini menghadirkan pegiat dari ASF-Malang dan ASF-Jakarta serta perwakilan forum Komunitas Arsitektur Semarang yang hadir sebagai pengamat. Acara dibuka dengan sharing antar kegiatan kota, kemudian dilanjutkan dengan laporan pertanggung-jawaban pengurus pertama ASF-Indonesia disampaikan oleh Andrea, Siska, dan Usie. Laporan diterima tanpa catatan dan sidang memutuskan pembubaran pengurus 2015-2017. Atas pertimbangan berbagai hal, sidang memutuskan penundaan acara pemilihan pengurus baru. Lalu sidang memutuskan perlunya penyelenggaraan Musyawarah Luar Biasa, “…selambat-lambatnja diselenggarakan dalam tempo tiga boelan!

Sesi Malam Minggu diisi dengan loka karya tentang pemahaman Mukadimah, Piagam Hasselt, dan dilanjutkan dengan penggalian bahan revisi terhadap Anggaran Dasar. Kedua sesi berlangsung cermat dan khidmat lewat fasilitasi Novada dari ASF-Malang. Sesi tersebut juga diwarnai oleh kehadiran teman-teman pegiat dari berbagai organisasi para-arsitektur; Takefumi, Umbu, Frans Ari, Nico, dan Kanoasa yang bergiat lewat gerakan permakultur Bandung, Kuncup Padi Ilalang, Lembaga Bantuan Hukum, Studio Akanoma, serta Parametr Architecture. Menjadi fasilitator penyelenggaraan dari ASF-Bandung termasuk pegiat muda dan relawan; Alfan, Uji, dan Fathin.

ASF-ID 2017

Musyawarah Luar Biasa

Diselenggarakan di sebuah rumah limasan dengan teras tepi kali serta halaman yang asri, Musyawarah Luar Biasa dihadiri oleh empatbelas pegiat dari wilayah kerja Bandung, Malang, Semarang, dan Jakarta. Sebagai pengamat proses MLB, Russel hadir mewakili kelompok pegiat wilayah Yogyakarta dan sekitarnya. Acara dimulai di sore hari dengan sesi sharing antar kegiatan kota.

Pada kesempatan Musyawarah Luar Biasa, Teman-teman pegiat di Bandung meneguhkan kembali undangan kepada teman-teman pegiat dari kota lain untuk merumuskan arah, bentuk, serta langkah-langkah transformasi menuju model dan relasi baru dalam arah gerakan ASF. Ini melibatkan dua aras pengelolaan kegiatan: kepengurusan pada tataran lokal dan kepengurusan pada tataran nasional. Menjadi perihal utama dalam Musyawarah Luar Biasa ini adalah bagaimana perwakilan pegiat secara kolektif dapat merumuskan bentuk kepengurusan nasional; agar ia menjadi cermin dari kebutuhan dan aspirasi ASF lokal yang mana adalah anggotanya. Tidak lain tidak bukan, ini juga merupakan sebuah konsekuensi dari perkembangan ragam kegiatan dan jumlah pegiat di berbagai lokal, sepanjang kurun waktu dua tahun lebih. Dengan demikian penentuan kriteria, jumlah, dan komposisi perwakilan ASF lokal menjadi bagian utama pembahasan pada sesi malam hari.

Sesi malam difasilitasi oleh Siska dan Usie mengupas satu per satu tiap-tiap elemen yang membangun wahana kepengurusan nasional. Dalam sesi pembahasan, Errik, Ari, Ondang, Raka, dan Hanifati, mewakili kelompok pegiat dari Semarang, secara bulat memutuskan bergabung ke dalam jaringan nasional sebagai ASF-Semarang.

Esoknya, sore hari menjelang berakhir, kelompok memutuskan bahwa rekan pegiat Siska, Robbani, Kamil, dan Hanifati, berturut-turut mewakili kelompok pegiat di Bandung, Malang, Jakarta, dan Semarang, serta Andrea sebagai penyintas dari kepengurusan terakhir, membentuk kepengurusan baru ASF-Indonesia. Sedangkan koordinasi lokal untuk kota-kota tersebut akan dijalankan oleh rekan pegiat Kristoporus, Robbani, Brahmastyo, dan Errik. Terima kasih terkhusus kepada Ivana atas fasilitasi tempat dan naungan untuk Musyawarah Luar Biasa ini… arsitek-arsitek Indonesia, bersatoelah!!!

Bambu Tanpa Batas

Artikel diperbarui pada 26 Mei 2020

Bambu Tanpa Batas
Bambu Tanpa Batas, bersama Jörg Stamm et al di Institut Teknologi Bandung tanggal 22 Juli 2017.

Banyak yang dapat dipelajari lewat acara “Bambu Tanpa Batas” yang diselenggarakan di kampus arsitektur Institut Teknologi Bandung di Sabtu pagi tanggal 22 Juli 2017 lalu. Tiga presentasi menjadi pemantik diskusi singkat dan padat tentang material bambu, material yang masih jarang digunakan di bidang arsitektur dan konstruksi. Dihadiri oleh empatpuluh peserta yang terdiri dari pegiat, praktisi, mahasiswa, dosen, serta pengurus Ikatan Arsitek Indonesia daerah Jawa Barat, tiga pembicara membawakan sudut pandang yang cukup berbeda berdasar pengalaman mereka masing-masing.

Pembicara utama acara ini adalah Jörg Stamm, seorang praktisi struktur bambu kelahiran Jerman dan terlatih sebagai tukang kayu. Dengan pengalaman selama hampir duapuluh tahun, Jörg menjelaskan proyek-proyek bambunya yang tersebar di seluruh dunia, terutama jembatan pedestrian yang dibangun di Cúcuta, Kolombia dan di Bali. Menurutnya, bambu adalah material lokal yang paling cocok untuk digunakan di negara-negara tropis. Sambil menjelaskan sisi teknis dari penggunaan bambu sebagai struktur, ia mengajak peserta untuk mulai melihat bambu sebagai material kelas atas yang membutuhkan investasi dan pengetahuan teknis memadai demi menggerakkan pasar konstruksi bambu.

Pernyataan Jörg didukung dengan presentasi dari  Andry Widyowijatnoko, sebagai dosen arsitektur ITB sekaligus salah satu arsitek yang konsisten menggunakan bambu pada karya-karyanya. Pada suatu titik di perjalanan karirnya, beliau memutuskan untuk tidak lagi menganggap bambu sebagai “kayunya orang miskin.” Melalui riset dan studi yang panjang, Andry mulai memamerkan sambungan-sambungan bambu menjadi elemen desain yang kuat dan indah.

Konstruksi jembatan bambu di Orangutan Haven, kredit klip: Sumatran Orangutan Conservation Programme

Bambu tanpa Batas presentasi Andrea dan Ihot, acara kolateral di Orangutan Haven, 12 Agustus 2017

 

Pandangan yang sedikit berbeda datang dari Andrea Fitrianto dari ASF Indonesia melalui pengalamanya mendesain dan mendampingi pembangunan jembatan bambu di Davao, Filipina, dan di Solo. Menurutnya, bambu adalah “bahasa yang universal” yang dapat menyatukan warga setempat dengan pegiat lintas profesi dan membentuk relasi sosial yang baru. Andrea juga mengajak para praktisi untuk tidak hanya berbagi tentang kisah sukses namun juga sikap terbuka dalam membahas kegagalan desain maupun hambatan dan resiko yang dihadapi dalam masa konstruksi.

Pada akhirnya, perbincangan ini mengajak para peserta untuk memulai ikut serta dan memilih peran masing-masing dalam perkembangan konstruksi dan arsitektur bambu.

Jörg Stamm: Bamboo Without Borders

Bamboo Without Borders
Bamboo Without Borders

It has been a while since bamboo returns into architecture scene. There are more and more bamboo architecture and constructions going on today in various projects driven by dedicated builders, engineers, architects, and even experimental student projects. These are justified through the common fascination to the marvelous plant. Still, there are many loopholes along the course of securing bamboo construction with its fundamentals and minimum safety standards. How does an internationally-renown expert see these experiences? We will look into case studies and comments from grandmaster Jörg Stamm.

Jörg Stamm is a German bamboo expert known for his impressive long-span bamboo bridges. He began his career after he visited Colombia and fell in love with their local bamboo Guadua. This led him to seek more knowledge about efficient methods in bamboo construction and to participate in practical work experiences all over the world. With his masterful way of integrating traditional craft and innovative engineering, Jörg Stamm has earned international recognition for his bamboo structures. He is now a multi-lingual speaker that conducts seminars and hands-on bamboo workshops.

  • Host: Dr. Andry Widyowijatnoko
  • Time: Saturday, July 22, 2017, 9:00 – 12:00 WIB
  • Venue: Galeri Arsitektur ITB , Jl. Ganesha No.10, Bandung

Contribution: IDR 150k (standard), IDR 120k (IAI members), IDR 50k (students) by transfer to Bank Mandiri acc. 130.00.14654670 (Arsitektur Swadaya dan Fasilitasi) and send payment details to home@asf.or.id or 0896-2257-8780 (Amel), 0821-3840-7751 (Fathin). Each participant will receive a certificate. IAI members will receive 4 KUM.

Bambu tanpa Batas
Bambu tanpa Batas

Organised by Architecture Sans Frontières Indonesia and Architecture Dept. at Bandung Institute of Technology, with supports from Indonesian Institute of Architects – West Java Chapter. #BwoB #JörgStamm #asfid

Ngariung & Botram

Ngariung & Botram
Ngariung & Botram

Ngariung & Botram*
Untuk kamu yang pernah bergiat atau mau kenal lebih dekat dengan ASF-ID.
Sabtu, 6 Mei 2017 Pukul 15:00 – Selesai
Jl. Kota Baru No.32A. Bandung

Peminat dimohon RSVP dengan mengisi Angket Relawan.
Kontak: 0812-2446-4494 (Atika)

*) Inisiatif ASF-Bandung menyambut Hari kumpul Relawan bersama Architecture Sans Frontières Indonesia