UPDATE! Kampung, Sungai, dan Kota

flyer-obrolan-27102016
flyer-obrolan-27102016

UPDATE! Kampung, Sungai, dan Kota
Kamis, 27 Oktober 2016 | 08:00-10:00 WIB | Public Space 3 FISIP Universitas Sebelas Maret, Solo

– Budi Utomo, Sibat Kampung Sewu
– Andrea Fitrianto & Sisca Pramudya, ASF-ID

Berjalan menyusuri kota, menyapa warga, mengenali ruang-ruang warga,
menyisir jalanan, menemukan rumah, pos ronda, jembatan dan sungai.

Mendokumentasi keseharian warga menjadi krusial ketika kota tunggang-langgang berubah oleh modal. Merasakan, mendengar, merekam, mencatat, mengarsip, memberi kita pengetahuan atas kota oleh warga; pengetahuan setempat.

Dalam tubuh pengetahuan setempat, arsitek/aktivis merencana, merancang-bangun bersama warga. Memenuhi kebutuhan ruang fisik dan infrastruktur yang urgen. Agar warga menjadi subyek dalam pembangunan kampung, sungai dan kota.

Diselenggarakan oleh Kampungnesia bersama ASF-ID.

 

Kampung Kota, Kampung Kita, Kampung Bersama

Workshop Pendidikan Hijau
Workshop Pendidikan Hijau

Program Studi Teknik Arsitektur UPI dan ASF-ID mempersembahkan: Workshop Pendidikan Hijau “Kampung Kota, Kampung Kita, Kampung Bersama” Terbuka untuk mahasiswa Arsitektur S1.

Untuk pendaftaran klik disini. Untuk TOR workshop klik disini.
*Pendaftaran dibuka hingga 01 November 2016

“HADIAH”
JUARA 1 Rp 5.000.000,- + Sertifikat
JUARA 2 Rp 3.000.000,- + Sertifikat
JUARA 3 Rp 1.500.000,- + Sertifikat

NARAHUBUNG
Alfansyah (0822-1813-4306)
id line: jonkalfan
Azka (0821-2415-1841)
id line: azkaintsng
Kusdian (0898-3718-560)
id line: eehhkuss

IG : @pendidikan_hijau
FB: @Pendidikan Hijau
email : pendidikanhijau@gmail.com
Web: pendidikanhijau.arsitektur.upi.edu

 

 

Nothing is Fundamental: Arsitektur dan Kota

Malang30Sep
Malang30Sep

“Nothing is Fundamental: Tentang Arsitektur dan Kota”

Menampilkan:
Salis Fitria & GuysPro, Kampung Warna Jodipan.
Andrea Fitrianto, ASF-ID, Rumah Contoh untuk Ciliwung.
Haris El-Mahdi, Sosiolog, Universitas Brawijaya

Jumat, 30 September 2016 | Pukul 18.00 | Food Factory, Jl. Bendungan Sutami 317K, Malang (Selatan Kampus 2 UMM) | info: 0857-2939-3435 (Rob)

 

Rumah Contoh di Kampung Tongkol, Jakarta Utara

Pada pertengahan tahun 2015, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta memberlakukan pembersihan kawasan pinggir Sungai Ciliwung dalam rangka normalisasi. Kampung-kampung yang berjajar di pinggiran Kali Ciliwung pun tak terhindar dari penggusuran. Sekitar 300 rumah di Kampung Pinangsia dan lainnya dihancurkan, sisanya kehilangan muka rumah yang menghadap ke kali. Penggusuran pinggir kali menjadi momok bagi warga kampung lainnya. Mengantisipasi penggusuran, warga kampung Tongkol, Krapu, dan Lodan tidak putus harapan. Terletak diantara Sungai Anak Kali Ciliwung dan sisa-sisa benteng kolonial Belanda di utara Jakarta, tiga kampung tersebut percaya bahwa penggusuran bukanlah satu-satunya cara dalam pembangunan kota. Mereka mengorganisasi diri dan menunjukan alternatif lain yaitu perbaikan kampung (kampung upgrading).

Gambar 1. Rumah contoh yang telah selesai dibangun

Difasilitasi oleh Urban Poor Consortium (UPC), warga menerima pinjaman sebesar 160 juta Rupiah pada bulan November 2015. Pinjaman tersebut merupakan dana bergulir untuk kepentingan peningkatan kualitas lingkungan di pinggir kali, termasuk pembangunan lima unit Rumah Contoh. Warga yang tergabung sebagai Komunitas Anak Kali Ciliwung memulai perbaikan dengan memotong struktur bangunan di sepanjang Anak Kali Ciliwung selebar lima meter dari bibir sungai. Ruang lima meter tersebut akan digunakan sebagai jalan inspeksi sungai.

Rumah Contoh pertama di Kampung Tongkol dirancang tiga lantai untuk mentransformasi hunian horizontal milik tujuh keluarga menjadi hunian multi-keluarga vertical (co-housing). Tujuh keluarga ini saling berbagi ruang semi-privat, fasilitas air bersih, dan sanitasi di bawah satu atap. Keterbatasan ruang menjadi tantangan bagi mereka. Keterlibatan warga dalam proses perancangan sangat diperlukan. Warga ikut bernegosiasi terutama dalam pembagian luas dan perletakan ruang.

Pemilihan material Rumah Contoh jatuh kepada bahan bangunan lokal yang sangat mudah didapat, yaitu bata ringan berpori, kayu daur-ulang, dan bambu. Struktur utama menggunakan beton bertulang dengan bata ringan sebagai material dinding. Struktur rangka atap dan kanopi menggunakan bambu yang sudah diawetkan. Selain kemudahan dalam mendapatkannya, bambu merupakan material yang ringan dan kuat. Rangka atap tersebut tidak memberikan beban yang berat kepada dua lantai di bawahnya. Pengunaannya sebagai rangka atap masih terbilang baru di kalangan warga. Oleh karena itu, Architecture Sans Frontières Indonesia (ASF-ID) memfasilitasi warga dalam pelatihan pengawetan bambu dan konstruksi bambu dengan sambungan mur-baut. Kegiatan pelatihan konstruksi merupakan salah satu media yang efektif dalam proses pertukaran pengetahuan diantara warga serta arsitek selaku fasilitator.

Gambar 2. Proses kostruksi selama workshop

Gambar 3. Warga mengecat rumah contoh

Pada Januari 2016, proses konstruksi selesai. Warga mengecat dinding rumah bersama-sama dan anak-anak turut menggambar lukisan dinding. Beberapa modifikasi pada railing bambu dan penopang kanopi dilakukan oleh warga, membuat bangunan menjadi sedikit berbeda dari rancangan awal. Hal tersebutlah yang membuat proses pembangunan partisipatif ini menjadi semakin menarik.

Proses pembenahan kampung hingga pembangunan Rumah Contoh merupakan bukti bahwa warga kampung informal bantaran dapat hidup serasi dengan sungai. Dan di Kampung Tongkol, mereka tetap menjaga reruntuhan tembok warisan kolonial. Sebuah solusi saling menguntungkan tercapai melalui proses perencanaan desain dan perbaikan kampung yang partisipatif. Tentunya, ini menjadi sebuah alternatif terhadap praktek penggusuran dan pemindahan ke rusunawa.

Tidak berhenti pada pembangunan rumah contoh, bersama relawan arsitektur Universitas Indonesia dan ASF-ID, warga meneruskan kegiatan melalui pelatihan merancang fasad, utilitas, dan pertanian kota (urban farming), pengelolaan sampah, pembuatan kompos, hingga pada hari Minggu, 26 Juni 2016 lalu menyelenggarakan tur wisata sejarah kota tua sebagai bagian dari rangkaian acara Kotatua Ruang Kita yang diselenggarakan bersama Pusat Dokumentasi Arsitektur dan UNESCO.

Pembangunan Rumah Contoh sebagai permulaan proses perbaikan di Kampung Tongkol, Lodan, dan Krapu berikut rangkaian kegiatan-kegiatan positif setelah itu memberi bukti; bahwa keswadayaan masyarakat kampung kota dalam mengorganisasi diri dan mengubah kampung dan memperbaiki lingkungannya adalah sebuah potensi yang selama ini hanya dipandang sebelah mata.

 

***

Liputan media: