Imarta Untar: Disaster Response

Imarta Untar

Seminar: Disaster Response
Speaker: Sri Suryani (ASF-ID)
______________________________________
Jumat / 28 September 2018 / 16:30-18:00
Ruang Wastu 1 / Gedung Teknik lt.8
Info: 087711981100 (Angie), 085810152979 (Ayu), 08117777258 (Stevie)
Universitas Tarumanegara
______________________________________
Bencana alam adalah suatu peristiwa alam yang mengakibatkan dampak yang besar bagi populasi manusia. Peristiwa alam dapat berupa gunung meletus, gempa bumi, tsunami, tanah longsor, puting beliung, dan banjir.

Dalam kurun waktu 10 tahun terakhir, banjir merupakan salah satu peristiwa alam yang paling sering terjadi terutama di ibukota Jakarta. Banjir terjadi ketika aliran air yang berlebihan meredam daratan. Banjir dapat disebabkan oleh banyak faktor, yaitu jebolnya bendungan, penyumbatan saluran air oleh sampah, penebangan pohon secara liar, pendangkalan dan penyempitan sungai, dan masih banyak lagi. Selain itu banjir juga menyebabkan kerugian, yaitu kerusakan berbagai jenis struktur, kurangnya persediaan air bersih, munculnya berbagai penyakit, kerugian materi bahkan korban jiwa.

Bagaimana arsitektur dapat berperan membantu masyarakat dalam mengatasi dampak banjir yang sering terjadi dan menyebabkan kerugian besar bagi masyarakat? Apa solusi arsitektural yang dapat ditawarkan?

– Imarta Untar Research Project 2018

Hari Kumpul Relawan

Hari Kumpul Relawan
Hari Kumpul Relawan 6 Mei 2017

Ayo ikut Hari Kumpul Relawan ASF-ID!

Kamu relawan yang pernah bergiat di ASF-ID? Atau tertarik untuk mengenal lebih dekat dan ikut ambil bagian? Mari bertemu dengan semua teman-teman di Jakarta, Bandung, dan Malang pada hari Sabtu, 6 Mei 2017. Pada tanggal tersebut, setiap kota ASF-ID akan turut memaknai Hari Kumpul Relawan, mengadakan acara dengan tema sesuai konteks wilayah kerja masing-masing. Pada kesempatan ini, kesimpulan umum dari angket Suara Relawan juga akan disampaikan. Tunggu informasi selanjutnya atau hubungi kota-kota terdekat di:

Jakarta: 0821-1406-1227 (Brahm), Bandung: 0812-2446-4494 (Atika), Malang: 0823-3125-3029 (Robbani)

Jika kamu tertarik untuk mengadakan kumpul serupa di kota lain, hubungi kami di home@asf.or.id

Sampa jumpa, tidak ada kesan tanpa kehadiranmu!

[Diskusi] Arsitektur Partisipatoris: (di mana) Arsitektur, (siapa) Arsitek, dan (apa) Keindahan?

Arsitektur sering kali dipahami sebagai sebuah keluaran karya yang dihasilkan lewat kerja arsitek, sebagai seorang pencipta, pemilik kuasa, serta standar selera, yang mengendalikan seluruh rangkaian proses yang ada. Arsitektur dengan segala kelengkapan struktur, guna, serta keindahannya,menjadi otoritas dan otonomi sang arsitek. Arsitek adalah sang seniman. Dalam konteks ini, memahami karya arsitektur adalah dengan memahami arsiteknya, vice versa.

Namun begitu, beberapa dekade terakhir, pendekatan praktik profesi arsitek yang otonom dengan kuasa terpusat pada arsiteknya mulai dianggap tidak lagi cukup untuk menghadapi tantangan jaman, bahkan dianggap sebagai sumber persoalan. Manfredo Tafuri (1973) menyebut model praktik seperti ini telah mencabut arsitek dan arsitekturnya dari tanah realita, hal yang kemudian disebutnya sebagai matinya arsitektur. C. Greig Crysler (2013) juga turut mengkritik model profesi yang otonom karena model ini mengakar hingga ke model pendidikan arsitektur, yang turut melahirkan profesional-profesional arsitek yang pasif dan lepas dari tantangan sosial politik yang melingkupi konteks praktiknya.

Kesadaran ‘baru’ inilah yang kemudian mendorong lahirnya praktik arsitektur yang lain, yakni model yang mengedepankan prinsip partisipasi, yang mensyaratkan terjadinya distribusi kuasa dalam proses kerjanya. Konsekuensi yang kemudian muncul adalah; arsitek bukan lagi pemegang otoritas tunggal atas nilai suatu karya. Hal ini juga berbuntut panjang, sejalan dengan terjadinya distribusi kuasa (multi author), proses kerja perancangan tidak lagi berjalan linier dan dapat ‘(sepenuhnya) dikontrol’, seringkali membesar dan melebar ketimbang mengerucut atau (dipaksa untuk) fokus, karenanya keluaran karya pun menjadi sangat-sangat berbeda dengan keluaran karya arsitektur umumnya.

Inilah yang kemudian memunculkan pertanyaan-pertanyaan seperti, ”Lalu di manakah arsitekturnya? Siapa sebenarnya arsiteknya? Apa itu keindahan?”

Untuk menjawab pertanyaan ‘ringan’ tersebut Rembuk dan ASF Indonesia mengajakmu mengupas bersama karya-karya dari Architecture Sans Frontieres Indonesia (ASF-ID), yang bernapaskan partisipasi dalam banyak praktik kerjanya, lewat kaca mata filsafat estetika. Filsafat estetika dipakai sebagai perangkat kritis untuk menjawab pertanyaan di atas secara luas dan mendalam karena melalui cabang filsafat ini, kita akan dibantu untuk melihat keindahan sebagai bukan satu-satunya nilai estetis (masih ada nilai estetis lain dalam estetika), serta memahami estetika yang bukan hanya membahas tentang nilai estetis tetapi juga pengalaman estetis: seperti hubungan antara karya dengan masyarakat (Martin Suryajaya, 2016).

Oktober 2016,
Rembuk! dan ASF Indonesia


***
Hadirilah diskusi santai dan dekat yang akan mengupas dan merefleksikan satu tahun pembangunan Rumah Contoh Kampung Tongkol bersama Kamil Muhammad (ASF-ID) dan Martin Suryajaya, dengan tajuk:

“Arsitektur Partisipatoris:
(di mana) Arsitektur,
(siapa) Arsitek, dan
(apa) Keindahan?”

Jumat, 11 November 2016
Pukul 17:30-21:00
Ruang Gerilya,
Jl. Raden Patah 12, Bandung

Tempat terbatas
Pendaftaran di (tidak dipungut biaya)

poster-rembuk-asf-bw1